phone: +62852 5254 2414
e-mail: simonmurdani@gmail.com

ASJ - File Server (Bab 4)(Kelas XI)(KM)


File Server
Bab 4

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, peserta didik diharapkan mampu:
1. Memproyeksikan cara kerja file server dalam jaringan komputer.
2. Menjelaskan penggunaan RAID dan NAS di jaringan komputer.
3. Merancang file server menggunakan Network File System (NFS).
4. Merancang file server menggunakan Samba Server.
5. Merancang file server menggunakan Active Directory.
Gambar 4.1 File server sebagai penyimpanan dan pengelolaan data berkas secara umum.
file server dapat diibaratkan sebagai jantung dalam jaringan komputer. Jantung dalam tubuh kita berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh dan menampung darah kembali setelah dibersihkan oleh paru-paru. Bagaimana dengan file server? File server adalah perangkat yang digunakan untuk menampung data sekaligus bertukar informasi. Seiring dengan berkembangnya teknologi, kebutuhan untuk saling berbagi data atau informasi melalui jaringan komputer makin diperlukan, khususnya pada dunia bisnis. Untuk menunjang kebutuhan tersebut diperlukan hardware dengan spesifikasi tinggi sebagai file server. Jika kebutuhan tersebut dapat dipenuhi, pengguna dapat berbagi data dan informasi dengan pengguna lainnya dalam jumlah besar secara cepat. Pada bab ini, Anda akan mempelajari cara kerja file server, mengenal RAID dan NAS, serta membangun file server menggunakan NFS, Samba Server, dan Active Directory.
A. Pengertian File Server

Apa yang dimaksud dengan file server? Jika dijabarkan, file memiliki pengertian sebagai data, berkas, catatan, dokumen, atau komponen secara digital yang dapat dikumpulkan, dibaca, dilihat, diedit, disimpan, dan dialihkan. Dalam perspektif digital, file merujuk pada data digital yang memiliki informasi yang dapat disimpan dan diarsipkan menurut metode tertentu dalam media penyimpanan tertentu. Saat ini, banyak sekali ragam jenis format file yang tersedia, seperti docx, xlsx, pptx, pdf, jpg, png, eps, psd, edx, txt, zip, dan sebagainya. File tersebut dapat dikelola dan disimpan secara terstruktur di folder yang berada dalam sebuah drive. Selanjutnya, file server memiliki pengertian sebagai komputer yang bertanggung jawab dalam pelayanan, pengelolaan, dan penyimpanan file dalam jaringan komputer. Dengan adanya file server, pengguna mendapatkan sarana akses untuk mengunduh, menggunggah, dan berbagi data atau informasi dengan pengguna lain dalam sebuah jaringan komputer tanpa melalui transfer file secara langsung antar perangkat.
Perlu Anda ketahui, file server juga dapat dikonfigurasikan ke dalam jaringan lokal dan jaringan internet sebagai pusat penyimpanan dan pengelolaan data dengan menggunakan dukungan layanan pengelolaan user, keamanan, dan kecepatan transfer. Terdapat dua jenis file server, yaitu:
1. Dedicated File Server (khusus)
Dedicated file server hanya bisa digunakan sebagai file server untuk menawarkan layanan ke sistem komputer lain melalui akses jaringan lokal. Sebuah file server yang dapat digunakan secara bersamaan sebagai workstation.
2. Non-Dedicated Server (tidak khusus)
Selain digunakan untuk file server, Non-dedicated Server dapat digunakan sebagai terminal workstation.
Penjelasan lebih detailnya dapat diakses dengan memindai kode QR berikut.

Aktivitas Mandiri 1

A. Uji Pengetahuan
1. Sebelumnya, Anda telah mempelajari FTP server. Menurut Anda, apakah konsep kerja FTP server sama dengan file server? Jelaskan alasannya.
2. Tuliskan kelebihan dan kekurangan dari kedua jenis file server, yaitu dedicated server dan non-dedicated server.
B. Eksperimen
Carilah informasi tentang penerapan file server di lingkungan sekolah Anda. Gambarkan skema jaringan dan buatlah laporan atas hasil eksperimen Anda.
Aktivitas ini melatih kemandirian peserta didik dalam menjelaskan konsep kerja FTP server dan File server.

B. Prinsip Kerja File Server

Pada umumnya, file server menyediakan ruang penyimpanan secara terpusat dalam jaringan yang bisa diakses dari jarak jauh. Oleh karena itu, file server memerlukan perangkat keras dengan spesifikasi tinggi, baik dari prosesor, memori, maupun kapasitas penyimpanannya. Makin besar memori dan canggih prosesornya, makin cepat dalam untuk memproses atau menangani setiap permintaan pengguna untuk saling berbagi, mentransfer, dan mengakses file dalam sebuah jaringan. Selain itu, kapasitas penyimpanan yang besar digunakan untuk menampung data dalam jumlah yang besar pula. Terlepas dari spesifikasinya yang tinggi, perangkat file server harus ditempatkan dalam lingkungan kerja yang aman dan terjaga suhu kelembapannya.
Dalam penggunaannya, terdapat fitur-fitur yang harus dimiliki sebuah file server. Standar fitur yang harus dimiliki oleh file server adalah sebagai berikut.
1. Permission management, yaitu fitur yang berguna untuk mengatur dan menentukan siapa saja pengguna yang diizinkan untuk mengakses, membaca, melihat, memodifikasi, dan menghapus file.
2. File locking system, yaitu fitur yang berguna untuk mengatur, membatasi, dan menghentikan pengguna lain untuk mengedit sebuah file sama secara bersamaan.
3. Conflict resolution maintains, yaitu fitur yang berperan untuk menjaga integritas data jika ada file yang tertimpa oleh file lain.
4. A distributed file system, yaitu fitur yang berfungsi membuat data redundan yang berguna dalam proses menyalin data kepada beberapa server dengan lokasi yang berbeda.
5. Security protocol, yaitu protokol yang digunakan sebagai panduan untuk berkomunikasi dalam proses transfer data. Jenis-jenis security protocol adalah sebagai berikut.
a. Network File System (NFS), yaitu protokol sistem file terdistribusi yang bekerja antara mesin berbasis Unix dan Linux. Dengan protokol ini, pengguna dapat melakukan operasi berbeda seperti menyalin, membuat file, ataupun directory melalui jaringan komputer.
b. File Transfer Protocol (FTP), yaitu protokol transfer data yang dapat bekerja antarmesin dengan platform yang berbeda dari jarak jauh.
c. Server Message block (SMB), yaitu protokol yang memungkinkan pengguna dapat saling berbagi data antara Windows dan MacOS.
Dengan membangun file server dalam jaringan, pengguna akan mendapat banyak keuntungan. Keuntungan-keuntungan dari membangun file server adalah sebagai berikut.
1. Biaya instalasi dan pemeliharaan server yang relatif murah.
2. Pengembangan dan kustomisasi server sesuai dengan kebutuhan pengguna relatif mudah.
3. Menyediakan proses transfer dan kecepatan akses data tinggi.
4. Proses transfer data lebih mudah dan sederhana karena semua data tersimpan secara terpusat.
5. Dengan file server, proses pemulihan atau recovery data lebih efektif.
6. Menyimpan dan mentransfer data dalam file server akan menghemat space atau ruang penyimpanan dalam komputer klien.
7. Memudahkan akses semua data dan informasi dari server file secara remote.
Biarpun demikian, masih terdapat beberapa kekurangan dalam file server. Kekurangan-kekurangan tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Membutuhkan pengetahuan dan keterampilan khusus untuk membangun file server.
2. Membutuhkan banyak waktu untuk memantau dan mengelola file server dalam jaringan.
3. Memerlukan sistem manajemen yang terkelola dengan baik.
4. Membutuhkan tingkat pengamanan data yang baik.
5. Berpotensi munculnya penggabungan data yang menyebabkan terjadinya manipulasi file.
6. Memerlukan perencanaan terstruktur untuk meningkatkan keamanan dan keandalan sistem file server.
Selain itu, berdasarkan metode aksesnya, tipe file server dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, meliputi:
1. Internet File Server yang sering dikenal dengan istilah FTP (File Transfer Protocol) seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya atau melalui mekanisme pengaksesan dengan protokol HTTP.
2. Local Network File Server yang menggunakan protokol SMB/ CIFS (untuk koneksi Windows dan Unix-like) ataupun protokol NFS (hanya untuk Unix-like System).
Sebagai catatan, server database yang menyimpan data/ informasi dari klien tidak bisa dianggap sebagai file server karena tidak menyediakan mekanisme pengaksesan file secara langsung.

Aktivitas Mandiri 2

A. Uji Pengetahuan
1. Jelaskan pentingnya menyediakan file server dalam jaringan komputer.
2. Buatlah tabel yang menjelaskan kelebihan dan kekurangan file server (minimal 4).
B. Eksperimen
Analisislah perbedaan cara pengoperasian dan karakteristik antara internet file server dan local network file server. Selain itu, berikan contoh penerapannya di lingkungan sekolah Anda. Jelaskan pemaparan hasil eksperimen tersebut dalam bentuk laporan.

C. RAID dan NAS

Dalam perkembangan dunia bisnis yang makin maju, desain dan arsitektur file server dirancang berdasarkan kompleksitas kebutuhan untuk menangani dan melayani permintaan klien, baik dalam hal ketersediaan ruang penyimpanan besar, high speed access, recovery, kemudahan dalam manajemen, keamanan, maupun biaya operasionalnya. Untuk meraih performa yang lebih tinggi dalam sisi throughput, beban load jaringan, response time, dan kompatibilitas vendor, perancangan sistem file server dapat menerapkan sistem antrean, RAID, dan failover cluster.
Perlu Anda ketahui, aspek terpenting dalam file server adalah media penyimpanan yang berkapasitas besar dan mampu bekerja cepat. Hal tersebut dapat dioptimalkan dengan menerapkan teknik penyimpanan hard disk array menggunakan metode RAID. Apa itu RAID? RAID atau Redundant Array of Independent Disks adalah teknologi penyimpanan data yang menggunakan dua atau lebih hard disk untuk meminimalisasi terjadinya kesalahan ketika menyimpan, membaca, dan menumpuk data menggunakan software atau pengorganisasian hard disk itu sendiri. Terdapat tiga karakteristik penting dalam RAID, yaitu sebagai berikut.
1. Terdiri atas kumpulan beberapa hard disk drive yang dianggap sebagai satu kesatuan drive logical oleh sistem operasi.
2. Pendistribusian data dilakukan secara fisik berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan dalam manajemen disk.
3. Kapasitas disk yang redundan berperan untuk penyimpan informasi paritas (penggunaan sandi) demi menjamin recovery saat terjadi kegagalan disk.
Ditinjau dari segi penyimpanannya, terdapat tiga metode penting dalam RAID, yaitu sebagai berikut.
1. Striping (RAID 0) adalah teknik penyimpanan data dengan membagi aliran data dalam beberapa blok berkapasitas tertentu (block size) dan penulisan data dalam blok melalui sistem RAID one-by-one. Metode ini cukup memengaruhi performa akses data karena semua hard disk drive ditempatkan dan dimanajemen/ diatur secara berurutan.
2. Mirroring (RAID 1) merupakan metode storage dengan data yang disalin akan disimpan dalam media drive RAID secara sekaligus. Kondisi ini berpengaruh terhadap toleransi fault (kesalahan) dan kinerja RAID.
3. Parity (RAID 3-6) merupakan teknik penyimpanan yang mengombinasikan teknik striping dan checksum. Dalam fungsinya paritas, akan dihitung dalam tiap blok data. Jika terjadi kegagalan disk, blok data yang loss akan diperiksa ulang berdasarkan data checksum untuk mempertimbangkan toleransi kesalahan RAID.
Gambar 4.2 Sistem RAID eksternal.
Berikut ini delapan model level RAID yang dapat diterapkan dalam file server.
1. RAID Level 0
RAID 0 dikenal dengan istilah striped set atau striped volume membutuhkan minimal dua drive yang digabungkan menjadi satu volume besar yaitu, data didistribusikan secara serentak ke seluruh. disk array. Disk striping akan membagi data menjadi blok-blok dan menulisnya secara bersamaan atau berurutan pada beberapa drive. Mengonfigurasi beberapa disk drive sebagai satu partisi berpotensi untuk mendongkrak kecepatan. Hal ini karena banyaknya drive yang menjalankan operasi baca dan tulis secara bersamaan. Selain itu, RAID 0 adalah teknik disk redundan paling sederhana dan hemat meski tidak memiliki mekanisme toleransi kesalahan, redundansi, atau paritas dalam strukturnya. Pada kondisi tertentu, jika salah satu drive mengalami kerusakan, dapat menyebabkan hilangnya data secara total. Oleh karena itu, sistem ini hanya cocok untuk penyimpanan yang tidak terlalu penting atau sebagai backup data.
Gambar 4.3 Skema RAID 0.

Ruang Kolaborasi 1

Informasi Awal:
Peserta didik diberikan informasi tentang kebutuhan membangun file server dalam jaringan lokal dengan memanfaatkan dua hard disk yang berbeda kapasitas.
Tugas:
a. Peserta didik disediakan komputer secara fisik dengan 2 hard disk berukuran masing-masing 100 GB atau menyimulasikan dengan aplikasi virtual mesin yang memiliki hard disk virtual minimal 40 GB sebanyak 2 buah.
b. Aktivitas pertama: peserta didik membentuk kelompok dengan anggota maksimal 3 siswa, kemudian melakukan kolaborasi untuk praktik penambahan hard disk dalam sistem operasi Linux. Lakukan analisis terhadap proses transfer data dan analisis kapasitas serta kecepatan transfer data dalam jaringan.
c. Aktivitas kedua: peserta didik dalam kelompoknya melakukan konfigurasi RAID O terhadap kedua hard disk tersebut. Peserta didik diarahkan untuk mengamati dan menganalisis kapasitas yang terbentuk, kecepatan transfer data, dan manajemen file dalam disk tersebut.
d. Peserta didik membuat laporan hasil observasi dan analisis tentang perbedaan penambahan hard disk secara mount manual dengan sistem RAID 0.
Aktivitas ini akan melatih dan mendidik peserta didik untuk saling bekerja sama dalam memahami dan meningkatkan kompetensi membangun file server dengan RAID.
2. RAID Level 1
Raid 1 adalah teknik redundansi dalam sistem RAID dengan level terendah. Model ini menggunakan teknik mirroring dengan data yang ditulis pada sebuah drive akan diduplikasi ke drive lainnya. Tujuan utamanya untuk melindungi data dan meredundansi data yang mendukung efisiensi pembacaan data, meski tidak ada peningkatan dalam throughput penulisan data. Perlu Anda ketahui, hard disk yang disusun pararel dalam model RAID 1 harus memiliki kapasitas dan kecepatan data yang sama. Oleh karena itu, meski menggunakan dua atau lebih hard disk total, kapasitas yang diperoleh tetap sebagai satu drive.
Gambar 4.4 Skema RAID 1.
3. RAID Level 2
Pada model RAID Level 2, pengaksesan disk dilakukan secara paralel dengan semua disk akan mengeksekusi setiap request 1/0. Selain itu, posisi tiap drive harus selalu disinkronkan sehingga seluruh hard disk dalam drive selalu berada pada posisi yang sama. Dengan teknik striping, RAID akan menghitung error-correcting berdasarkan bit-bit dalam setiap disk data. Oleh karena itu, model ini cocok untuk diterapkan dalam kondisi sistem yang sering mengalami disk error. Sebaliknya, RAID ini kurang sesuai diterapkan untuk sistem yang sering menjalankan metode recovery dan memiliki kecepatan akses data tinggi.
Gambar 4.5 Skema RAID 2.
4. RAID Level 3
Model RAID Level 3 memiliki kemiripan secara organisasi dengan RAID level 2. Perbedaannya, RAID 3 memerlukan sebuah disk redundan yang tidak dipengaruhi besarnya kapasitas disk array dalam RAID. Selain itu, akses data dilakukan secara paralel sehingga data didistribusikan dalam bagian-bagian kecil tanpa penghitungan error-correcting.
Gambar 4.6 Skema RAID 3.
5. RAID Level 4
Prinsip kerja RAID Level 4 sebenarnya sama seperti RAID level 3. Namun, perbedaannya terletak pada proses striping diterapkan pada blok yang telah ditentukan ukurannya oleh stripe size dalam satuan KiB (antara 2 KiB-512 KiB). Ukuran tersebut memiliki format 2* seperti 2, 4, 8, 16, 32, dan seterusnya.
Gambar 4.7 Skema RAID 4.
6. RAID Level 5
Model RAID Level 5 cukup sering digunakan karena efektif dalam menyeimbangkan aspek keamanan dengan kecepatan menulis (write speed) performanya. Model ini membutuhkan tiga disk atau lebih sehingga unggul dalam hal high speed of data read meski kecepatan menulis (write speed) tidak berubah. Dalam model ini, kecepatan baca (read speed) tidak memengaruhi kecepatan menulis. Selain itu, model level ini juga dapat menahan kerusakan yang dialami satu disk. Dengan checksum paritas, read/write data dilakukan ulang jika terjadi kegagalan disk drive. Oleh karena itu, kerusakan yang terjadi di salah satu drive tidak memengaruhi RAID.
Gambar 4.8 Skema RAID 5.
7. RAID Level 6
Perlu Anda ketahui, kelemahan model RAID 5 yang awalnya menyediakan toleransi kerusakan disk maksimal satu, dapat meningkat pada model ini menjadi dua disk. Tambahan ekstra parity
Gambar 4.9 Skema RAID 6.
blok membuat redudansi data lebih efektif dibandingkan RAID 5. Oleh karena itu, RAID 6 membutuhkan minimal 4 hard disk untuk operasionalnya.
8. RAID Level 10
RAID Level 10 sering dikenal dengan RAID 1+0, 180, atau RAID 1-0. Model ini membutuhkan hard disk minimal 4 buah. Model ini merupakan kombinasi antara RAID 0 (striping) dan RAID 1 (mirroring) dengan performa read/write data serta redundansi tinggi. Selain itu, toleransi kerusakan hard disk relatif tinggi sehingga lebih tahan terhadap gangguan dan kegagalan sistem. Prinsip kerja dalam level 10 adalah proses pengorganisasian disk dengan teknik strip, kemudian hasil striping tersebut di-mirror ke disk lain sehingga tiap disk memiliki pasangan mirroring. Setelah itu, pada hasil pasangan mirroring dilakukan proses striping.
Gambar 4.10 Skema RAID 10.
Dengan penjelasan sebelumnya, Anda telah mengenal RAID yang digunakan untuk optimalisasi file server. Demi meningkatkan pelayanan terhadap klien dalam hal kapasitas penyimpanan file besar, kecepatan proses yang tinggi, serta meminimalisasi terjadinya kegagalan, maka digunakanlah sistem pengorganisasian hard disk dengan RAID. Setelah mengenal RAID, pada kesempatan kali ini, Anda akan diajak mengenal network-Attached storage (NAS). Apa yang dimaksud dengan NAS? NAS adalah perangkat keras yang menyediakan sistem penyimpanan data dan file secara khusus untuk melayani banyak pengguna dalam media hard disk drive secara terpusat yang dikelola dan dikonfigurasi dengan utilitas berbasis browser dalam jaringan lokal. Perangkat NAS biasanya dikendalikan tanpa perangkat tambahan, seperti keyboard atau layar monitor. Berdasarkan penjelasan tersebut, NAS adalah tempat atau wadah hard drive yang menerapkan sistem RAID dengan tambahan software untuk manajemen, otorisasi, dan berbagi file dengan keunggulan kemudahan akses, berkapasitas tinggi, dan biaya murah. Layaknya sebuah perangkat drive eksternal, NAS dapat dikoneksikan langsung dengan komputer pengguna melalui sambungan USB. Namun, koneksi langsung tidak efektif ketika digunakan banyak pengguna sehingga perangkat NAS harus ditambahkan kartu jaringan (NIC Card), storage controller, ruang drive, dan catu daya yang memungkinkan diakses dan dikelola dari jaringan melalui beberapa protokol seperti NFS (Network File System), IPX (Internetwork Packet Exchange), NetBIOS Extended User Interface (NETBEUI), CIFS (Common Internet File System), SMB (Server Message Block).

Gambar 4.11 Tampilan skema jaringan file server dengan Network-Attached Storage.
Terdapat beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh NAS dalam jaringan lokal, yaitu sebagai berikut.
1. Storage
Storage atau media penyimpanan dalam NAS dapat diatur dan ditambahkan tanpa membuat jaringan down untuk sementara waktu. Umumnya, hard drive berukuran 3,5 inci dengan kategori NAS dapat ditambahkan dalam slot modul NAS. Makin besar kapasitas dan banyak hard drive yang disediakan, makin besar pula kapasitas penyimpanan file dalam jaringan.
2. Security
Standar keamanan (security) NAS biasanya telah ditanam dalam sistem bawaannya, antara lain firewall dan manajemen autentikasi pengguna.
3. Reliability
Pada umumnya, NAS dilengkapi dengan sistem operasi secara khusus untuk menangani permintaan pengguna dalam pelayanan akses file dalam jaringan dengan tingkat beban kerja tinggi, tangguh, dan andal.
4. RAID
RAID adalah kemampuan untuk menduplikasi dan mereplikasi data file dari disk satu ke disk lainnya jika terjadi kerusakan. RAID merupakan fitur standar dalam NAS.
Contoh sistem jaringan yang menggunakan teknologi NAS dalam menjalankan proses bisnisnya adalah metode virtualization, file sharing, peer-to-peer, business app environment, private clouds, dan lain sebagainya.

Uji Kemampuan Diri 1

1. Tuliskan cara kerja file server dalam menangani permintaan klien untuk berbagi data.
2. Jelaskan peran penting mekanisme RAID dalam konfigurasi file server.
3. Tuliskan perbedaan antara NAS dan file server.
4. Tuliskan dan jelaskan keuntungan menggunakan file server dibandingkan model sharing file berbasis peer-to-peer.

D. File Server pada Windows

Dalam sistem operasi Windows, telah tersedia fitur untuk berbagi data, baik untuk desktop (klien) maupun server. Ada beberapa macam teknik untuk saling berbagi data, yaitu sebagai berikut.
1. File Sharing
Pada umumnya, teknik file sharing merupakan teknik berbagi data dengan beragam servis dan protokol yang dapat dijalankan melalui jaringan. Data atau file yang dibagikan memiliki aneka ragam jenisnya, mulai dari teks, audio, video, gambar, aplikasi, dan lain sebagainya. Teknik pendistribusian file sharing dapat menggunakan mekanisme program dengan file transfer protocol (FTP), jaringan peer-to-peer, offline removable storage media, online file sharing, dan lainnya. Dalam pembahasan kali ini, konsep file sharing akan lebih ditekankan penggunaannya dalam jaringan komputer berbasis Windows, baik versi desktop maupun server.

Praktik 1

Mengonfigurasi File Sharing dengan Windows 10
Syarat: Laptop/PC dengan RAM minimal 8 GB sebagai server.
1. Siapkan dua komputer dengan sistem operasi Windows 10 dan hubungkan ke jaringan melalui switch atau secara wireless dengan alamat IP masing-masing 192.168.56.1/24 dan 192.168.56.2/24.
2. Buka Windows Explorer pada komputer dengan alamat IP 192.168.56.1.
3. Dalam contoh ini, folder yang akan dibagikan berada di lokasi D:\ISO. Klik kanan → pilih Properties.
Gambar 4.12 Klik Properties.
4. Klik tab Sharing.
Gambar 4.13 Pilih tab Sharing.
5. Klik tombol Share
buka combo box → pilih "Everyone" klik Add untuk mengizinkan semua pengguna dalam jaringan untuk mengakses file sharing tersebut.
Gambar 4.14 Pilih "Everyone".
6. Atur hak permission user "Everyone" agar dapat menulis dan membaca file dalam D:\ISO dengan mengatur "Permission Level" untuknya menjadi "Read/ Write".
Gambar 4.15 Pilih "Read/Write".
7. Setelah selesai, klik tombol Share.
Gambar 4.16 Klik tombol Share.
8. Klik Done untuk menyelesaikan konfigurasi.
Gambar 4.17 Menyelesaikan konfigurasi.
9. Klik Close untuk menutup jendela Properties.
Gambar 4.18 Close jendela Properties.
10. Untuk menguji konfigurasi yang telah dibuat, buka Windows Explorer pada komputer 192.168.56.2, kemudian tikkan \\192.168.56.1
Gambar 4.19 Tampilan Share Folder.
Aktivitas ini memberikan pemahaman dan keterampilan bagi peserta didik untuk melakukan konfigurasi file sharing dengan Windows 10.

2. Mapping Drive

Penggunaan file sharing mengharuskan penggunanya untuk melakukan setting folder yang akan dibagikan. Selanjutnya, komputer lain yang akan mengakses harus menulis alamat komputer tersebut. Untuk mempermudahnya, ada metode khusus, yaitu dengan mapping drive yang berfungsi membuat komputer dalam jaringan dapat mengakses share file, baik drive maupun folder dari komputer lain. Sebagai contoh, dalam komputer kita terdapat drive A:\, B:\, C:\, D:\,dan seterusnya. Setelah itu, pengguna dapat menambahkan drive virtual dengan nama "E:\" sebagai mapping drive dari folder yang di-share dalam komputer penggunanya.

Ruang Kolaborasi 2

Informasi Awal:
Peserta didik diberikan informasi mengenai kebutuhan melakukan sharing perangkat printer dalam perusahaan melalui jaringan lokal.

Tugas:
1. Lima printer disediakan untuk dibagikan ke lima kelompok besar dalam kelas.
2. Peserta didik membentuk lima kelompok besar dalam kelas. Masing-masing kelompok menginstal dan mengonfigurasikan printer tersebut dapat bekerja dengan normal. Selanjutnya, lakukan sharing printer tersebut dalam jaringan lokal agar anggota kelompok lain dapat memanfaatkannya.
3. Buat laporan tentang tahapan melakukan sharing printer dalam jaringan lokal menggunakan Windows, kemudian cetak melalui sharing printer kelompok lain.
4. Presentasikan proses dan hasilnya di depan kelas.
Aktivitas ini melatih dan mendidik peserta didik bekerja sama untuk memahami dan meningkatkan kompetensi memanfaatkan jaringan dengan sharing data dan perangkat keras printer.

Praktik 2

Mengonfigurasi Mapping Drive dengan Windows 10
Syarat: Laptop/PC dengan RAM minimal 8 GB sebagai server.

1. Praktik ini melanjutkan skema jaringan dari praktik sebelumnya.
2. Buka Windows Explorer komputer dengan alamat IP 192.168.56.2. Klik This PC → pilih menu Map network drive.
Gambar 4.20 Ikon Map network drive.
3. Pilih Map network drive.
Gambar 4.21 Pilih submenu "Map network drive".
4. Tentukan jenis drive yang akan di-mapping, dalam contoh menggunakan drive Z:, kemudian tentukan lokasi directory yang akan di-mapping ke drive Z:\ tersebut.
Gambar 4.22 Pilih lokasi mapping drive.
5. Klik Finish untuk menyelesaikan konfigurasi, maka secara otomatis sistem akan menampilkan Windows Explorer yang terdapat drive baru, yaitu Z:\ seperti dalam gambar.
Gambar 4.23 Hasil mapping drive.
Aktivitas ini akan memberikan pemahaman dan keterampilan bagi peserta didik untuk melakukan konfigurasi Mapping Drive dengan Windows 10.

3. File Server

Perlu Anda ketahui, berbagi file dalam Windows dapat dijalankan dengan protokol Server Message Block (SMB). Awalnya, SMB dikembangkan oleh Barry A. Feigenbaum tahun 1983 di IBM. SMB dikembangkan dengan tujuan untuk berbagi file dan printer pada semua komputer dalam jaringan berbasis OS/2 IBM. Pada tahun 1987, SMB mulai diimplementasikan dalam LAN Manager untuk mesin OS/2 dengan bantuan protokol NetBIOS melalui IEEE 802.2-NetBIOS Frame dengan port 445 TCP. Penggunaan protokol SMB juga dikombinasikan dengan protokol IPX/SPX yang dilanjutkan pada versi berikutnya yang mengandalkan koneksi TCP/IP atau NetBT. Pada versi ini, server-nya memakai tiga jenis port TCP/UDP, yaitu port 137 (layanan nama NetBIOS), port 138 untuk layanan datagram NetBIOS, dan 139 untuk sesi NetBIOS. Setelahnya, Microsoft juga mengimplementasikan SMB dalam OS Windows NT 3.1 dan terus mengembangkannya seiring perkembangan versi Windows.
SMB terdiri atas dua elemen penting, yaitu Server (ID: LanmanServer) dan Workstation (ID: LanmanWorkstation). SMB memanfaatkan protokol Kerberos sebagai mekanisme autentikasi user dalam Active Directory (domain Windows), sedangkan pada tipe jaringan peer-to-peer, SMB menggunakan protokol NTLM. SMB juga memiliki karakteristik penting yaitu opportunistic locking sebagai metode untuk meningkatkan kinerja server dengan mengontrol caching file dalam klien. Terdapat empat jenis mekanisme opportunistic locking, antara lain sebagai berikut.
a. Batch Locks
Mekanisme ini dikembangkan karena eksekusi file batch DOS mengalami proses buka dan tutup secara berulang-ulang dalam waktu singkat. Hal tersebut memengaruhi kerja server. Dengan batch locks, klien dapat menunda permintaan (request) menutup file ketika muncul permintaan buka file pada instruksi berikutnya.
b. Level-1 Oplocks/Exclusive Oplocks
Mekanisme ini akan memudahkan pengguna ketika sebuah file tidak sedang digunakan oleh proses lain dalam mode sharing. Sebab, perubahan akan disimpan langsung dalam file. Pada kondisi tersebut, server akan memberikan tanda khusus yaitu exclusive OpLock. Namun, ketika pengguna lain mencoba mengakses dan memodifikasi file tersebut, server akan mengirim pesan "break" atau "revocation" yang akan membatalkan exclusive key sebelumnya dan membatalkan semua perubahan dalam file.
c. Level-2 OpLocks
Jika exclusive OpLock telah diterima oleh user, sedangkan file dalam kondisi terpakai pengguna lain, klien tersebut harus melepaskan exclusive OpLock agar klien lain bisa mengubah file tersebut. Selanjutnya, server akan mengirim Level-2 OpLocks pada klien yang memungkinkan terjadinya read caching tetapi tidak mengizinkan perubahan data.
d. Filter OpLocks
Filter OpLocks mulai ditambahkan sebagai fitur utama pada Windows NT 4.0. Cara kerjanya mirip dengan Level-2 OpLocks, tetapi dengan keunggulan mampu mengurangi dan mencegah kegagalan dan kesalahan, baik ketika file dibaca maupun ketika klien menerima locks.
Perkembangan protokol SMB terbagi menjadi tujuh generasi, meliputi:
a. SMB 1.0
Generasi paling awal yang didesain untuk berjalan dengan protokol NetBIOS Frames. Versi ini dihentikan pengembangan dan penggunaannya pada Juni 2013. Awalnya, karena keterbatasan penggunaannya pada jaringan lokal dan sering mengalami masalah ketika diinstal dalam jaringan WAN.
b. CIFS
SMB berubah nama menjadi CIFS (Common Internet File System) akibat persaingan dengan Sun Microsystems yang mengeluarkan WebNFS pada tahun 1996. CIFS telah menyertakan symbolic links, hard links, transfer file berkapasitas besar, serta metode koneksi langsung melalui port 445 tanpa NetBIOS.
c. SMB 2.0
Versi 2.0 muncul sebagai perbaikan dari generasi 1.0 yang diperkenalkan tahun 2006 dan sudah diintegrasikan, baik pada Windows Vista maupun Windows Server 2008. Jumlah instruksi sebanyak 100 buah dalam SMB 1.0 dipangkas menjadi 19 macam dengan penambahan metode pemipaan (pipelining). Selain melengkapi fitur dalam CIFS, versi 2.0 dilengkapi dengan fitur caching property file, perbaikan message signing dengan algoritma hashing HMAC SHA-256, peningkatan skalabilitas seperti peningkatan pelayanan jumlah pengguna, dan kemampuan berbagi file. Jika SMB 1.0 berukuran 16-bit dengan batasan blok 64 K, pada versi 2.0 menjadi bertambah mulai dari 32-bit, 64-bit hingga 128-bit.
d. SMB 2.1
Versi SMB 2.1 menambahkan fitur opportunistic locking yang mulai dipasang pada OS Windows 7 dan Server 2008 R2 dengan tujuan mendongkrak performa minor file server.
e. SMB 3.0
Versi 3.0 merupakan nama pengganti dari SMB 2.2 yang mulai digunakan ke dalam Windows 8 dan Windows Server 2012. Versi ini dirilis untuk memperbaiki kekurangan pada versi 2.1 terutama pada sektor virtualisasi data center. Perbaikan-perbaikan tersebut, adalah sebagai berikut.
- Fitur SMB Direct Protocol untuk pengaturan akses memori jarak jauh atau RDMA (Remote Direct Memory
- Access). Dukungan SMB Multichannel.
- Dukungan SMB Transparent Failover.
f. SMB 3.0.2
Versi 3.0.2 dirilis untuk menggantikan versi 3.0 yang mulai ditanamkan dalam sistem operasi Windows 8.1 dan Windows Server 2012 R2 dengan keunggulan pada sistem keamanan.
g. SMB 3.1.1
Generasi SMB 3.1.1 mulai diperkenalkan dalam OS Windows 10 dan Windows Server 2016 yang telah mengadopsi enkripsi AES-128 GCM serta teknik pemeriksaan integritas data sebelum autentikasi dengan hashing SHA-512.

Praktik 3

Menginstalasi dan Mengonfigurasi File Server dengan Windows Server 2019
Syarat: Laptop/PC dengan RAM minimal 8 GB sebagai server.

1. Siapkan dua komputer yang terhubung dalam sebuah jaringan komputer. Salah satu komputer menggunakan Windows Server 2019 dengan alamat IP 192.168.56.1 dan komputer lainnya sebagai klien dengan Windows 10 menggunakan alamat IP 192.168.56.2/24.
2. Masuk ke Windows Server, jalankan Server Manager.
Gambar 4.24 Tampilan jendela Server Manager.
3. Pilih Add Roles and Features untuk menginstal File Server Service. Pada tahap "Server Roles", pastikan Role "File Server" tercentang sesuai dengan Gambar 4.25 berikut.
Gambar 4.25 Membuka "File and Storage Services" → membuka "File and ISCI Services"→ centang "File Server"
Munculnya informasi "(Installed)" menunjukkan bahwa layanan "File Server" sudah terinstal. Namun, jika belum, lakukan proses instalasi dengan mengeklik tombol Instan.
4. Kembali ke Server Manager pilih menu File and Storage Services.
Gambar 4.26 Tampilan menu File and Storage Services.
5. Klik menu Shares untuk menentukan konfigurasi file sharing.
Gambar 4.27 Tampilan submenu Shares untuk mengonfigurasi file sharing.
6. Klik TASKS → New Share. Dalam tahap "Select Profile", pilih SMB Share →klik Next.
Gambar 4.28 Memilih jenis share profile.
7. Aktifkan opsi Type a custom path klik Browse untuk menentukan lokasi sharing folder.
Gambar 4.29 Konfigurasi custom path.
8. Tentukan lokasi directory yang akan di-share.
Gambar 4.30 Menentukan lokasi path.
9. Tuliskan Share name-nya dan tentukan directory pada masing-masing path to share.
Gambar 4.31 Menentukan Share name dan Local path.
10. Jendela berikutnya adalah informasi tentang ringkasan informasi sharing yang akan dibuat. Pilih Create untuk membuat Profil Sharing baru.
Gambar 4.32 Ringkasan konfigurasi New Share yang telah dilakukan.
11. Tunggu hingga proses pembuatan konfigurasi selesai.
Gambar 4.33 Tahap "Results" yang menunjukkan bahwa proses konfigurasi New Share sudah selesai.
12. Berikut adalah tampilan Server Manager ketika proses konfigurasi New Share sudah selesai.
Gambar 4.34 Hasil konfigurasi New Share selesai.
13. Untuk mengujinya, buka Run di komputer klien dengan menekan kombinasi tombol Windows + R secara bersamaan. Selanjutnya, tuliskan directory remote path.
Gambar 4.35 Menggunakan Run untuk mengakses langsung directory file sharing yang baru.
14. Jika tidak muncul eror, komputer klien akan menampilkan Windows Explorer file sharing dari server seperti Gambar 4.36 berikut.

Gambar 4.36 Hasil uji coba mengakses file sharing yang baru.
Aktivitas ini akan memberikan pemahaman dan keterampilan bagi peserta didik untuk melakukan konfigurasi file server dengan Windows Server 2019.

Aktivitas Mandiri 3

A. Uji Pengetahuan
1. Jelaskan sejarah perkembangan teknologi file server sampai saat ini.
2. Jelaskan empat macam opportunistic locking dalam file server.
3. Apa perbedaan karakteristik antara SMB versi 2.1 dengan SMB versi 3.0?
4. Jelaskan pengertian mapping drive dalam jaringan berbasis Windows.

B. Eksperimen
Lakukan eksperimen dengan ketentuan sebagai berikut.
1. Sediakan dua komputer berbasis Windows dan Linux, kemudian koneksikan dalam jaringan lokal.
2. Lakukan konfigurasi file sharing melalui Windows. Selanjutnya, lakukan akses hasil sharing tersebut menggunakan komputer berbasis Linux.
3. Lakukan pengamatan dan analisis hasilnya.
4. Tuangkan hasil pengamatan dan analisis tersebut dalam bentuk laporan.
Aktivitas ini akan melatih kemandirian peserta didik dalam mengonfigurasi file melalui Windows.

E. NFS

NFS atau Network File System adalah sistem berkas yang dapat didistribusikan dan diakses oleh banyak pengguna melalui jaringan, baik berbagi data maupun perangkat keras tanpa memedulikan sistem operasi penggunanya. NFS dibuat oleh Sun Microsystem pada awal tahun 1980 dan ditetapkan dalam standar RFC 1094. Saat ini, NFS telah mencapai versi 3 sesuai standar RFC 1813. Pengguna dapat melakukan layanan NFS secara remote meski dalam jaringan berskala besar seperti WAN dengan kemampuan sama persis seperti menggunakan layanan jaringan lokal. Dalam versi 3, NFS memiliki beberapa fitur utama antara lain sebagai berikut.
1. Mampu melayani berkas file hingga berukuran terabyte dengan indikator ukuran file mencapai 64 bit. Pada versi sebelumnya, ukuran file hanya 32-bit sehingga maksimal ukuran file hanya mencapai 4 GB.
2. Mendukung kecepatan transfer data hingga 64 KB untuk setiap paket datanya. Pada versi sebelumnya, satu paket hanya 8 KB sehingga membutuhkan waktu lebih lama.
3. Mendukung fitur pemilihan jenis protokol antara memakai TCP atau UDP. Pada versi sebelumnya NFS hanya menjalankan protokol TCP, sehingga kurang sesuai diterapkan dalam WAN. 4. Adanya fitur cache terhadap setiap request dari klien.

Praktik 4
Menginstalasi dan Mengonfigurasi NFS Server dengan Debian 11.3
Syarat: Laptop/PC dengan RAM minimal 8 GB sebagai server.

1. Siapkan dua komputer berbasis OS Debian 11.3 dan Debian 10 dalam jaringan dengan skema sebagai berikut.
Gambar 4.37 Skema jaringan NFS server.
2. Masuk ke NFS server console, kemudian lakukan instalasi paket NFS server dengan perintah berikut.
Gambar 4.38 Instalasi NFS server.
3. Buatlah directory untuk NFS share dilanjutkan dengan mengubah kepemilikan directory tersebut agar tidak dimiliki oleh user ataupun grup mana pun. Selanjutnya, berikan hak akses terhadap semua user ataupun grup terhadap directory tersebut.
Gambar 4.39 Mengatur permission directory.
4. Tambahkan konfigurasi NFS share dengan mengubah file /etc/exports seperti berikut.
Gambar 4.40 Mengedit file /etc/exports.
Penjelasan:
• /mnt/share adalah lokasi directory path yang dibagikan.
• 192.168.56.100 adalah alamat klien yang diizinkan mengakses NFS server. 
• Rw berguna untuk mengaktifkan opsi read/write directory.
• Sync berguna untuk menulis perubahan ke disk sebelum mengizinkan pengguna mengakses file yang dimodifikasi.
• No_subtree_check opsi ini menonaktifkan pemeriksaan subtree, yang memiliki implikasi keamanan ringan.
5. Restart layanan NFS server.
Gambar 4.41 Restart NFS server.
6. Buatlah file kosong dalam folder /mnt/share sebagai langkah pengujian untuk klien.
7. Selanjutnya, login pada terminal komputer klien dan instal paket aplikasi nfs-common.
Gambar 4.42 Instalasi NFS common.
8. Buat directory /home/nfs yang akan dijadikan referensi share NFS dari komputer klien.
Lakukan mount directory /mnt/share dari server 192.168.56.20 menuju directory lokal /home/nfs. Berikutnya, periksa keberadaan filetesting.txt dalam directory NFS server tersebut.
Gambar 4.43 Hasil pengujian dengan NFS client.
Aktivitas ini akan memberikan pemahaman dan keterampilan bagi peserta didik untuk melakukan konfigurasi NFS Server dengan Debian 11.3.

Aktivitas Mandiri 4

A. Uji Pengetahuan
1. Jelaskan definisi NFS dalam jaringan berbasis Linux.
2. Apakah sistem NFS dapat diinstal dan dikonfigurasi dalam mesin berbasis Windows? Jelaskan.
3. Jelaskan karakteristik NFS Versi 3 dalam menangani request klien.
4. Tuliskan perintah untuk mengakses NFS server dari klien berbasis Linux.

B. Eksperimen
Lakukan eksperimen terhadap hasil praktikum instalasi dan konfigurasi NFS server yang telah dilakukan sebelumnya. Selanjutnya, lakukan eksperimen dengan mengakses hasil sharing file NFS server melalui komputer berbasis Windows.

Uji Kemampuan Diri 2
1. Jelaskan perbedaan antara SMB dan NFS dalam jaringan komputer.
2. Mengapa FTP dapat dikategorikan sebagai file server? Jelaskan.
3. Jelaskan perbedaan mendasar antara file sharing dengan SMB dalam Windows.
4. Mengapa mapping drive lebih fleksibel dan mudah dioperasikan dibanding file sharing? Jelaskan.

F. Samba Server

Samba server adalah aplikasi server yang dapat dimanfaatkan untuk layanan penyimpanan, sekaligus alat untuk berbagi data antara komputer berbasis Linux, OS/2, DOS, Windows, dan lainnya. Selain menyediakan fitur keamanan dan stabilitas, Samba juga relatif cepat dalam hal penanganan penyimpanan ataupun transfer data serta layanan cetakan untuk perangkat printer pada setiap klien yang menjalankan protokol SMB/CIFS. Selain itu, Samba dapat diintegrasikan dalam lingkungan Active Directory, baik sebagai domain controller maupun sebagai domain member. Software Samba cukup populer di kalangan administrator jaringan karena fleksibilitasnya, free license, kemudahan dalam pengaturan jaringan, serta support system yang cukup luas. Dokumentasi perkembangan aplikasi Samba dapat dibaca dan dipahami pada alamat URL http://samba.org.
Samba dikembangkan Microsoft untuk menangani proses berbagi data bagi setiap perangkat yang menjalankan protokol SMB (Server Message Block). Ini adalah standar aturan untuk melakukan data sharing dengan berbagi perangkat CD-ROM, hard disk dan berbagai perangkat output seperti printer atau scanner. Dengan begitu, data dapat digunakan secara bersama-sama. Tugas utama Samba dalam jaringan dibagi menjadi empat bagian penting, yaitu sebagai berikut.
1. File sharing and print services.
2. Authentication and authorization.
3. Service Announcement (browsing).
4. Name resolution.
Pada dasarnya, sistem Samba terdiri atas dua program utama yang berjalan dalam sistem background, yaitu Server Message Block Daemon (SMBD) dan NetBIOS Message Block Daemon (NMBD). SMBD bertugas menangani proses autentikasi dan otorisasi ketika server bekerja dalam mode sharing dan mode user authentication. Oleh karena itu, SMBD sangat berperan dalam melindungi file dan layanan pencetakan menggunakan autentikasi berdasarkan user dan password. Dalam struktur mode autentikasi paling sederhana, pengguna dapat menerapkan sebuah password yang dapat digunakan oleh semua pengguna untuk melakukan sharing. Namun, sebaiknya Anda menggunakan mode user authentication yang memberikan seorang pengguna satu akun secara khusus. Selain itu, SMBD bekerja dengan cara menduplikasi proses pada port 139 untuk mendengarkan permintaan klien dan yang satunya untuk menangani proses koneksi dengan klien.
Program yang berikutnya adalah NMBD. Program ini berperan menangani permintaan ServerName NetBIOS dengan mengonversi nama komputer menjadi sebuah alamat IP atau sebaliknya. Selain itu, NMBD juga berfungsi memonitor proses sharing yang bekerja dalam jaringan pada port layanan 137. Berikut adalah support system yang tersedia pada sistem Samba.
Tabel 4.1 Support system yang tersedia pada sistem Samba.
Ada berbagai macam keuntungan dalam menerapkan Samba di jaringan lokal. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Mampu menjembatani sistem sharing antara OS berbasis Windows dengan Linux.
2. Bersifat gratis dan Open Source.
3. Dapat meningkatkan performa Linux ketika menjadi PDC atau Primary Domain Controller layaknya sistem DC dalam Windows.
4. Dapat memanajemen dan menangani dengan baik setiap sharing data dan perangkat keras seperti printer, DVD drive, hard disk, dan lainnya.

Praktik 5

Menginstal dan Mengonfigurasi Samba Server dengan Debian 11.3
Syarat: Laptop/PC dengan RAM minimal 8 GB sebagai server.

Sebelum melakukan praktik setup dan konfigurasi sistem Samba dalam jaringan, sebaiknya diperhatikan terlebih dulu skema jaringan berikut.
Gambar 4.44 Skema jaringan dengan Samba server Linux.
Ketentuan konfigurasi Samba server dalam jaringan adalah sebagai berikut.
1. Samba server
Alamat IP: 192.168.56.20/24
Hostname: Erlangga
OS : Debian 11.3
Mode : autentikasi user
Guest : no
2. Komputer Klien
OS : Windows 10
IP Alamat: 192.168.56.1/24
Ikuti petunjuk sesuai langkah-langkah berikut.
1. Gunakan komputer server Linux yang telah digunakan pada praktik sebelumnya (konfigurasi FTP server). Pastikan sudah bisa running secara normal dan terhubung dengan baik pada jaringan sesuai ketentuan alamat IP.
2. Untuk menginstal aplikasi Samba gunakan perintah berikut.
3. Edit file smb.conf dengan perintah berikut.
4. Berikan tanda pagar untuk mengubah fungsi menjadi komentar pada beberapa baris kode berikut (lihat Gambar 4.45).
Gambar 4.45 Berikan tanda komentar pada file smb.conf.
Gambar 4.46 Beri tanda pagar pada baris valid users = %S.
5. Selanjutnya, pada baris paling bawah, tambahkan baris konfigurasi seperti gambar berikut.
Gambar 4.47 Tambahkan baris konfigurasi user Samba.
Penjelasan baris kode tersebut adalah sebagai berikut.
• [SMKBISA], yaitu tampilan sharing directory ketika diakses bernama SMKBISA.
• Path = /home/samba, yaitu default directory Samba.
• Valid users = samba1, yaitu daftar nama user yang diperbolehkan mengakses Samba.
• Writeable = yes, yaitu user memiliki hak akses mengedit data pada Samba.
• Browseable = yes, yaitu sistem mengizinkan user melihat dan mencari data Samba.
• Guest ok = no, yaitu user anonymous atau user tamu tidak diperbolehkan melihat atau mencari data.
6. Buatlah user Samba dengan nama "samba1" dan atur password-nya.
7. Untuk memeriksa eror pada konfigurasi file smb.conf, gunakan perintah sebagai berikut.
Gambar 4.48 Hasil tes parameter.
8. Agar sharing data dapat dilihat kontennya, perlu dibuat sebuah file sebagai tahapan pengujian. Buatlah sebuah file kosong dengan nama "SMKBISA" pada folder /home/samba.
9. Restart service Samba dengan perintah berikut.
10. Periksa status layanan Samba server sudah running atau belum dengan perintah:
Gambar 4.49 Status layanan Samba.
11. Agar mesin Linux dapat mengakses atau menguji hasil konfigurasi Samba, diperlukan aplikasi Samba client' dengan terlebih dulu menginstal paket "smbclient" dengan perintah
12. Lakukan pengujian dengan mengakses samba dari terminal shell Linux dengan perintah:
Gambar 4.50 Pengujian dengan smbclient dari terminal shell Linux.
13. Tahap berikutnya adalah melakukan pengujian pada komputer klien berbasis Windows. Pastikan komputer telah mengatur alamat IP sesuai ketentuan. Uji konektivitas antara klien dengan Samba server berjalan normal, jika memiliki kendala seperti request time out, sebaiknya diperiksa dan mengonfigurasi ulang sistem firewall pada klien dan server.
14. Tekan kombinasi tombol Windows+ R untuk menjalankan kotak dialog Run.
15. Ketikkan alamat Samba server \\192.168.56.20\SMKBISA untuk mengakses sharing data.
Gambar 4.51 Alamat Samba server.
16. Masukkan user "samba1" dan password-nya, kemudian klik OK.
Gambar 4.52 Login Samba.
17. Setelah berhasil, akan tampil dalam Windows Explorer yang menampilkan konten sharing data dalam Samba server.
Gambar 4.53 Directory untuk Samba server.
Aktivitas ini akan memberikan pemahaman dan keterampilan bagi peserta didik untuk melakukan konfigurasi Samba Server Dengan Debian 11.3.

G. Active Directory

Jika seorang pengguna membangun sebuah jaringan lokal, ketika komputer-komputer saling terhubung satu sama lain dengan tujuan saling berbagi pakai data, perangkat keras, atau layanan sistem informasi, kesulitan pengaturan akun yang harus diatur ketika saling mengakses akan menjadi pertimbangan penting. Dengan sistem workgroup, sebenarnya semua kebutuhan autentikasi sudah disediakan. Akan tetapi, dengan menginstal sistem operasi Windows Server 2012, pengguna dapat melakukan setup Active Directory.
Apa itu Active Directory? Active Directory adalah directory services di OS Windows Server yang berguna menyimpan dan mengelola semua informasi, baik account, domain controller, OU, tree, maupun forest sehingga memudahkan manajemen sistem jaringan secara terpusat. Tujuan utama dibangunnya Active Directory adalah menyediakan layanan autentikasi dan autorisasi setiap pengguna, baik melalui jaringan lokal maupun internet sehingga memudahkan dalam pencarian resource dan pembagian serta pengelolaan sumber daya, baik data maupun hardware.
Dalam pikiran Anda pasti bertanya-tanya, mengapa perlu Active Directory dan apa hubungannya dengan autentikasi? Jika sebuah jaringan telah dimanajemen dengan Active Directory Windows Server, para pengguna akan diregistrasi dan memiliki akun login.
User tersebut dapat memasuki layanan sistem jaringan seperti mengakses printer, sharing data, dan internet setelah melewati fitur sign in menggunakan akun yang dinyatakan telah terdaftar dan valid. Mekanisme ini disebut sebagai autentikasi. Namun, tidak semua user yang berhasil login, lantas memperoleh hak akses terhadap resource yang sama dengan user lain. Sebagai contoh, beberapa user tersebut hanya bisa mengakses dan membaca data dari file share. Kondisi ini dinamakan dengan autorisasi.
Fungsi dibangunnya sistem Active Directory pada Windows Server adalah menyimpan berbagai informasi penting seperti berikut.
1. Daftar komputer klien dan server
2. Detail informasi akun user
3. Groups
4. Share printer
5. Akses server
6. Unit organisasi (Organizational Unit)
7. Sentralisasi sistem administrasi
8. Aturan keamanan
Pada dasarnya, struktur Active Directory terbagi menjadi dual bagian, yaitu secara logika dan secara fisik. Struktur logika active directory terdiri atas lima bagian sebagai berikut.
1. Object dalam unit organisasi. Contohnya informasi detail tentang user account, komputer klien dan server, group, role, file sharing, aplikasi, printer, serta scanner.
2. Organizational Unit (OU) merupakan wadah atau layanan yang menampung untuk mengelola objek-objek yang memiliki hak akses dalam sebuh domain.
Gambar 4.54 Skema Organizational Unit.
3. Domain adalah kumpulan OU yang berfungsi mengorganisasikan dan mengatur jenis autentikasi dan autorisasi setiap akun dalam OU.
4. Tree adalah teknik pengelompokan domain beserta subdomain dalam server yang saling berhubungan satu sama lainnya.
5. Forest adalah pengelompokan dan pengaturan satu atau lebih tree yang masing-masing berdiri sendiri. Berikut adalah karakteristik sebuah Forest.
Gambar 4.55 Skema Domain
a. Setiap domain yang terhubung dalam Forest memiliki skema dan global catalog yang sama sehingga memungkinkan untuk dapat saling berbagi.
Gambar 4.56 Skema Tree.
b. Domain-domain dalam Forest yang saling terhubung dapat saling berkomunikasi dua arah (trust transitive).
Gambar 4.57 Skema Forest. bisa melayani sebuah domain.
c. Sebuah domain dalam Forest bisa bekerja secara mandiri atau tidak terhubung dengan domain lainnya. Namun, berbeda dengan Forest yang tetap mengorganisasikan komunikasi ke semua domain. Sementara itu, secara fisik, Active Directory memiliki struktur sebagai berikut.
1. Domain Controller (DC)
Domain Controller adalah layanan utama yang berfungsi sebagai penyimpanan database Active Directory yang setiap domain-nya bisa memiliki lebih dari satu domain controller. Namun, sebuah DC hanya bisa melayano sebuah domain
2. Sites
Replikasi sebuah boundary yang mengatur autentikasi serta manajemen replikasi events. Sebuah site bisa terdiri atas satu atau lebih kombinasi network dengan subnet yang berbeda dan saling terhubung.
3. Directory Partition atau Naming Context
Dalam sebuah skema Forest, tiap Directory Tree dipisahkan dalam beberapa partisi untuk memungkinkan data untuk didistribusikan atau direplikasi oleh Domain Controller di domain lainnya. Tanpa adanya partisi, Domain Controller akan mendistribusi atau mereplikasi data semua domain dalam satu Forest. Maka Directory Partition dirancang untuk mencegah hal itu terjadi. Directory Partition, juga dikenal dengan Naming Context (NC), terdiri dari empat jenis, yaitu Configuration Partition, Schema Partition, Domain Partition, dan Application Partition. Silahkan pindai kode QR disamping untuk mempelajari keempat jenis partisi tersebut secara lebih lanjut.
4. Global Catalog
Dengan melakukan setup Active Directory, Anda dapat dengan mudah mengakses resource dalam jaringan seperti printer, file share, dan objek lainnya. Lantas, bagaimana jika objek tersebut berada di luar domain grup user akun Anda berada? Oleh karena itu, diperlukan servis yang disebut dengan Global Catalog yang mempermudah Anda mencari sebuah objek atau resource dalam jaringan.

Praktik 6

Mengonfigurasi Active Directory dengan Windows Server 2012
Syarat: Laptop/PC dengan RAM minimal 8 GB sebagai server.

Lakukan langkah-langkah berikut untuk membuat Active Directory dengan Windows Server 2012.
1. Jalankan komputer server yang telah terinstal sistem operasi Windows Server 2012 (lihat praktik sebelumnya). Pastikan komputer tersebut telah terhubung dengan jaringan lokal.
2. Login ke sistem dengan akun administrator.
3. Buka Windows PowerShell. Lakukan konfigurasi server melalui prosedur Wizard Setup Server Configuration dengan mengetikkan perintah sconfig sehingga muncul jendela Server Configuration seperti gambar berikut.
Gambar 4.58 Tampilan Server Configuration.
4. Langkah berikutnya adalah melakukan setting pada nama mesin dengan mengetik opsi menu dengan angka 2 (pada pilihan Computer Name), kemudian tekan Enter. Selanjutnya, pada baris "Enter new computer name" ketikkan "Win2012" kemudian tekan Enter.
Gambar 4.59 Menentukan nama komputer setelah memilih opsi kedua.
5. Jika langkah sebelumnya berhasil dilakukan, akan muncul Message Box yang memberikan pilihan untuk melakukan restart mesin. Pilih Yes untuk meneruskan prosesnya.
Gambar 4.60 Pilih Yes saat akan me-restart mesin.
6. Setelah server sukses melakukan reboot, jalankan kembali PowerShell dan masuk ke Server Configuration. Tahap selanjutnya adalah melakukan konfigurasi alamat IP komputer server dan tikkan angka 8, kemudian tekan Enter. Tentukan adapter NIC yang akan di-setting, dalam latihan ini menggunakan opsi angka 10.
Gambar 4.61 Pilih opsi Network Settings.
7. Pilih opsi 1) Set Network Adapter Address, kemudian opsi S untuk mengatur alamat IP dalam mode static sesuai contoh berikut pada Gambar 4.62.
Gambar 4.62 Konfigurasi alamat IP.
8.Pilih opsi 2) Set DNS Servers untuk mengatur IP DNS. Masukkan IP DNS, kemudian Enter.
Gambar 4.63 Pengaturan IP DNS.
9. Pilih opsi 4 untuk kembali ke menu utama konfigurasi. Keluar dari mode Server Configuration dengan mengetikkan opsi menu 15.
10. Lakukan instalasi Active Directory pada Windows Server dengan mengetikkan perintah berikut.
Gambar 4.64 Menginstal Active Directory.
11. Tunggulah hingga proses instalasi selesai dilakukan.
Gambar 4.65 Instalasi AD selesai.
12. Untuk membuat domain baru pada Active Directory yang telah dibuat sebelumnya, gunakan perintah berikut.
Gambar 4.66 Menginstal DNS server.
13. Buat New Forest dengan mengetikkan perintah Install-ADDSForest. Berikan nama domain baru: "tkj.net" dan tentukan password sendiri untuk SafeModeAdministrator Password. Tekan Y untuk mengonfirmasi dan melanjutkan proses konfigurasi.
Gambar 4.67 Menginstal New Forest.
14. Langkah selanjutnya, buatlah New Organizational Unit dengan mengetikkan perintah New-ADOrganizationalUnit dan lakukan pengaturan pada OU tersebut dengan memberikan nama: "SMKBISA18".
Gambar 4.68 Membuat Organizational Unit baru.
15. Berikutnya adalah membuat user sebanyak 40 buah dalam OU dengan nama user "it1" sampai "it40". Ikuti mekanisme berikut ini.
a. Buat file dengan nama "user.ps1" dan simpan di C:\Users\Administrator\ Documents\user.ps1. Tuliskan baris kode file user.ps1 adalah sebagai berikut.
b. Buat file looping untuk membuat user sebanyak 40 buah dengan format nama "it[angka]". Simpan file batch tersebut dengan nama batch "IT.bat".
c. Langkah selanjutnya jalankan file batch tersebut.
Gambar 4.69 Eksekusi file batch IT.bat.
16. Untuk menampilkan daftar user yang telah dibuat pada Active Directory dengan OU=SMKBISA18, gunakan perintah sebagai berikut.
Gambar 4.70 Menampilkan user dalam AD.
17. Agar user yang telah dibuat sebelumnya dapat dikelompokkan berdasarkan fungsi atau wewenangnya, haruslah dibuat grup-grup sendiri.
18. Buat grup dengan nama "IT" dengan perintah:
Gambar 4.71 Membuat grup baru.
19. Masukkan user it1 sampai it5 ke dalam grup "IT".
Gambar 4.72 Memasukkan user ke grup yang diinginkan.
Aktivitas ini akan memberikan pemahaman dan keterampilan bagi peserta didik untuk melakukan konfigurasi Active Directory dengan Windows Server 2012.

Ruang Kolaborasi 3

A. Uji Pengetahuan
1. Apakah dalam server berbasis Windows menyediakan fitur pengaturan dan manajemen user dalam jaringan? Jelaskan.
2. Bagaimana caranya melakukan manajemen workgroup terkait dengan ketersediaan mekanisme berbagi data dan perangkat keras dalam server Windows?
3. Apakah dalam jaringan lokal bisa memiliki dua server sekaligus, yaitu server Samba dan server Active Directory? Jelaskan.
4. Jelaskan keuntungan membangun server AD dalam Windows Server.

B. Eksperimen
Buatlah kelompok dengan anggota maksimal tiga peserta didik, kemudian lakukan praktikum instalasi dan konfigurasi Samba Server dengan ketentuan sebagai berikut.
1. Samba Server
Alamat IP : 11.11.11.1/24
Hostname : Erlangga
OS : Debian 11.3
Mode : autentikasi user
Home directory: /home/samba
User : trialsamba
2. Komputer Klien
OS : Windows 10
Aktivitas ini akan melatih peserta didik bekerja sama dalam melakukan instalasi dan konfigurasi Samba Server.

Uji Kemampuan Diri 3
1. Jelaskan cara membangun server Samba dengan OS Debian 11.3.
2. Jelaskan kelebihan-kelebihan jaringan lokal dengan Samba Server sebagai pusat penyimpanan data.
3. Jelaskan struktur dalam Active Directory.
4. Jelaskan perbedaan antara konsep tree dan forest dalam Server Windows.
Aktivitas ini akan melatih kemampuan bernalar kritis peserta didik dalam menjelaskan konsep Samba Server.

Rangkuman

1. File server adalah komputer yang bertanggung jawab dalam pelayanan, pengelolaan, dan penyimpanan file dalam jaringan komputer.
2. File server menyediakan space atau ruang penyimpanan secara terpusat dalam jaringan yang dapat diakses dari jarak jauh.
3. RAID (Redundant Array of Independent Disks) merupakan teknologi penyimpanan data yang menggunakan satu atau lebih disk untuk meminimalisasi terjadinya kesalahan ketika menyimpan, membaca, dan menumpuk data menggunakan software atau pengorganisasian hard disk itu sendiri.
4. NAS adalah perangkat keras yang menyediakan sistem penyimpanan data dan file secara khusus yang dapat melayani banyak pengguna dalam media disk drive secara terpusat yang dikelola dan dikonfigurasi dengan utilitas berbasis. browser dalam jaringan lokal.
5.Mekanisme berbagi data dalam Windows terbagi menjadi beberapa tipe, antara lain metode file sharing, mapping drive, dan file server secara khusus dengan Windows Server.
6. NFS (Network File System) adalah sistem berkas yang dapat didistribusikan dan diakses oleh banyak pengguna melalui jaringan, baik berbagi data/file maupun perangkat keras tanpa memedulikan sistem operasi penggunanya.
7. Samba Server adalah aplikasi server yang dapat dimanfaatkan sebagai layanan penyimpanan dan berbagi data antara komputer berbasis Linux, OS/2, DOS, Windows, dan lainnya.
8. Active Directory adalah layanan directory services pada OS Windows Server yang berguna menyimpan dan mengelola semua informasi, baik account, domain controller, OU, tree, maupun forest. Hal tersebut memudahkan manajemen sistem jaringan secara terpusat.

Soal Latihan Bab 4

A. Pilihlah satu jawaban yang tepat.
1. Dalam layanan aplikasi Samba Server, terdapat dua proses utama yang menunjang berjalannya sistem, yaitu NMBD dan SNMB. Proses NMBD bertugas mengurus setiap request ServerName NetBIOS yang akan menerjemahkan nama komputer menjadi alamat IP atau sebaliknya. Servis NMBD bekerja pada port...
A. 137
B. 135
C. 139
D. 20
E. 147
2. Berikut ini jenis servis dalam jaringan yang tidak didukung oleh Samba Server adalah . . . .
A. Secondary WINS Server
B. Primary Domain Server
C. Printer Server
D. File Server
E. Primary WINS Server
3. Dalam layanan Samba Server memiliki 2 buah proses penting, yaitu SMBD dan NMBD. Proses SMBD akan menduplikasi dirinya ketika sedang melayani koneksi dari klien, sedangkan proses yang asli akan bekerja dalam mode listen pada port....
A. 139
D. 137
E. 147
B. 20
C. 135
4. Model RAID ini menggunakan susunan beberapa hard disk oleh software yang dilakukan secara paralel agar mampu mengeksekusi setiap request 1/0 data dengan selalu melakukan sinkronisasi pada setiap hard disk agar selalu berposisi sama menggunakan mode striping. Model RAID yang dimaksud adalah RAID level....
A. O
B. 1
C. 2
D. 5
E. 10
5.Model ini menggunakan gabungan beberapa hard disk dalam metode RAID yang akan menjumlahkan semua kapasitas hard disk sebagai total volume dengan data didistribusikan dalam disk secara serentak. Kelemahan RAID ini jika salah satu disk mengalami masalah, akan dapat menyebabkan hilangnya semua data. Karakteristik RAID ini dapat dijumpai pada level.
A. O
B. 1
C. 2
D. 3
E. 5
6. Urutan tahapan yang tepat agar user dapat melakukan sharing data dalam komputer dengan OS Windows 10 adalah ....
A. Klik kanan sebuah folder → pilih Properties → klik Sharing → Choose People → atur "Permission Level" → klik Share → Done → Close
B. Klik kanan sebuah folder → pilih Properties → klik Sharing → klik Share → Choose People → atur "Permission Level" → klik Share → Done → Close
C. Klik kanan sebuah folder → pilih Properties → Share → Choose People → atur "Permission Level" → klik Share → Done → Close
D. Klik kanan sebuah folder → pilih Properties → klik Sharing → Choose People →atur "Permission Level" → Done → Close
E. Klik kanan sebuah folder → pilih Properties → klik Sharing → Share → Choose People→atur "Permission Level"→ Share → Close
7. Mengaktifkan opsi pengguna dalam Samba Server dapat dilakukan dengan mengunduh file dalam server meski tanpa melihat konten dalam directory. Hal ini bertujuan agar proses keamanan dapat dilakukan oleh pemiliknya dengan mengirimkan link Samba pada pengguna lain. Parameter yang harus ditambahkan untuk menunjang hal tersebut adalah
8. Tahapan yang tepat untuk mengonfigurasi Active Directory dalam Windows Server 2012 menggunakan PowerShell adalah ....
9. Jika komputer klien menggunakan OS Linux Debian 11, perintah yang tepat untuk mengakses directory DataMaster dalam Samba Server dengan alamat IP 172.16.0.7 menggunakan user testing adalah ....
10. Agar user dalam sistem memiliki akses ke dalam sistem Samba Server, perlu dibuatkan password khusus. Perintah yang paling tepat untuk melakukan konfigurasi password user "share" sehingga dapat login dan mengakses sistem Samba adalah ....
A. passwd share
B. password share
C. pass share
D. passsamba share
E. smbpasswd share

B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan benar.
1. Jelaskan pengertian dan cara kerja file server dalam menangani permintaan akses data dari komputer klien.
2. Mengapa RAID sangat penting dalam perfoma layanan file server? Jelaskan.
3. Jelaskan perbedaan antara NAS, NFS, dan file server dalam jaringan komputer.
4. Metode apa yang dapat dilakukan untuk memudahkan pengguna komputer Windows mengakses sharing directory yang tersimpan dalam server Linux? Jelaskan.
5. Jelaskan empat struktur dalam Active Directory Windows Server.

C. Soal Praktik
Tugas bersifat individu.
Buatlah layanan Sambar Server dengan Linux Debian 11.3 dengan ketentuan sebagai berikut.
1. Samba Server
Alamat IP : 210.110.110.1/24
Hostname : Samba-Server
OS : Debian 11.3
Mode : anonymous
Permission: read/write
2. Komputer Klien
OS : Windows 10

Soal Tipe AKM

Bacalah teks berikut untuk menjawab soal nomor 1.

Andalnya File Sistem RAID Pada Server
File System RAID pada server merupakan salah satu solusi yang umum digunakan untuk meningkatkan kinerja, keandalan, dan keamanan penyimpanan data. RAID yang merupakan singkatan dari Redundant Array of Independent Disks, menggabungkan beberapa disk fisik menjadi satu entitas logis yang berfungsi sebagai sistem penyimpanan tunggal. Dengan menggunakan striping data, RAID membagi data secara merata di antara beberapa disk. Hal ini memungkinkan operasi read and write data dapat dilakukan secara paralel, menghasilkan kinerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan satu disk tunggal. RAID juga dapat meningkatkan throughput, yaitu jumlah data yang dapat ditransfer dalam waktu tertentu, sehingga mempercepat proses akses data. Untuk mendongkrak perfoma file server dalam melayani request klien, maka mekanisme RAID adalah salah satu alternatif teknologi penting yang perlu diperhatikan. Ada beberapa level RAID yang dapat diterapkan, antara lain RAID level 0, 1, 2, 3, 4, 5, dan 10. Namun RAID level 2, 3, dan 4 jarang digunakan saat ini.
1. RAID 0 (Striping), Dalam RAID 0, tidak ada redundansi data atau replikasi yang dilakukan. Ini berarti jika salah satu disk mengalami kegagalan, semua data yang terdapat di seluruh RAID O akan hilang.
2. RAID 1 (Mirroring), Setiap blok data disalin ke setidaknya dua disk yang berbeda. Ini berarti setiap disk memiliki salinan identik dari data yang sama.
3. RAID 2 Membagi data menjadi bit-bit dan melakukan striping bit-level di antara multiple disk. Setiap bit data ditempatkan pada disk yang berbeda, dan setiap disk menyimpan bit khusus yang digunakan untuk pemulihan kesalahan sehingga mengurangi resiko eror pada disk.
4. RAID 3, Pengorganisasian pada level ini sama dengan pada level 2. Satu hal yang berbeda dengan level 3 adalah bahwa hanya diperlukan satu disk redundant, tidak perlu memperhatikan seberapa besar array disk.
5. RAID 4, RAID level 4 memiliki kesamaan dari segi konsep dengan RAID level 3 hanya saja pada RAID 4 striping dilakukan pada blok-blok dengan ukuran stripesize.
6. RAID 5, RAID 5 memiliki struktur blok striping yang sama dengan RAID 4, tetapi RAID 5 menggunakan parity yang didistribusikan ke tiap disk dengan tujuan untuk menghindari bottleneck yang mungkin terjadi pada RAID 4.
7. RAID 10 juga dikenal sebagai Mirrored Striping, adalah kombinasi antara RAID 1 (mirroring) dan RAID 0 (striping).

1. Untuk mendongkrak perfoma file server dalam melayani request klien, mekanisme RAID adalah salah satu alternatif teknologi penting yang perlu diperhatikan. Ada beberapa level RAID yang dapat diterapkan, antara lain RAID level 0, 1, 2, 3, 4, 5, dan 10. Sebelum menentukan jenis level RAID yang akan digunakan, sebaiknya kita memahami karakteristik dari RAID tersebut. Berilah tanda centang (✔) dengan mengidentifikasi dan menganalisis kebenaran pernyataan tentang RAID dalam tabel berikut.

Bacalah teks berikut untuk menjawab soal nomor 2 dan 3.

Mengenal Protokol SMB

Protokol SMB (Server Message Block) memiliki sejarah panjang yang dimulai pada awal tahun 1980-an. Dr. Barry Feignbaum dan Rakha Hanif dari Laboratorium Boca Raton milik IBM menemukan protokol SMB saat sistem operasi MS-DOS masih berjaya. Pada pertengahan tahun hingga akhir tahun 1980, pengembangan lanjutan dilakukan oleh 3Com Corporation, IBM, Intel, dan Microsoft. SMB awalnya berjalan dengan protokol NetBIOS sebelum menggunakan protokol NetBIOS over TCP/IP (NBT) sebagai protokol lapisan transportasi. Karena itu, SMB dapat digunakan dalam jaringan TCP/IP yang mendukung lebih banyak protokol. Seiring waktu, SMB mengalami beberapa pembaruan dan peningkatan. Pada tahun 1990, Microsoft merilis versi SMB yang ditingkatkan yang dikenal sebagai CIFS (Common Internet File System). CIFS memperkenalkan fitur-fitur seperti dukungan untuk akses file jarak jauh melalui TCP/IP dan enkripsi data. Salah satu faktor pengembangan CIFS oleh Microsoft adalah persaingan dengan Sun Microsystems yang juga mengembangkan protokol sejenis yaitu NFS (Network File System). Pada tahun 1996, Microsoft merilis SMB versi 2.0 sebagai bagian dari sistem operasi Windows NT 4.0. SMB 2.0 dengan performa lebih baik sebagai pengganti CIFS atau SMB 1.0. Pengembangan selanjutnya adalah SMB 2.1, yang diperkenalkan sebagai bagian dari Windows 7 dan Windows Server 2008 R2 dengan fitur Opportunistic Locking telah ada dari SMB versi 1.0. Terdapat empat metode pada Opportunistic Locking yaitu sebagai berikut.
1. Level I Oplocks (Opportunistic Locks)
Server dapat mengirim pesan "break" atau "revocation" untuk membatalkan kunci eksklusif (exclusive lock) jika ada file yang telah digunakan oleh satu pengguna (user) akan diakses oleh pengguna lain.
2. Batch Oplocks
Varian dari oplocks Level 2 yang memungkinkan klien untuk mengumpulkan beberapa permintaan operasi sebelum melepaskan kunci file dan memperbarui perubahan ke server. Ini dapat mengurangi lalu lintas jaringan yang terkait dengan penutupan dan pembukaan ulang file yang sering.
3. Level II Oplocks
Memungkinkan caching bacaan (read caching) pada klien, tetapi tidak mengizinkan perubahan data. Level-2 OpLocks biasanya digunakan ketika beberapa klien mengakses file yang sama secara bersamaan.
4. Filter Oplocks
Filter Oplocks dalam protokol Server Message Block (SMB) dapat membantu mengurangi dan mencegah kegagalan dan kesalahan saat membaca file atau saat klien menerima kunci (locks).
Pada tahun 2012, Microsoft meluncurkan SMB versi 3.0 sebagai bagian dari Windows 8 dan Windows Server 2012 dengan fitur unggulan Virtual Channel yang berfungsi sebagai mekanisme umum untuk komunikasi tambahan di luar operasi file utama, tetapi tidak secara khusus terkait dengan Direct Protocol. Pengembangan selanjutnya setelah SMB 3.0, Microsoft melanjutkan pengembangan protokol dengan memperkenalkan SMB 3.02 (Windows 8.1 dan Windows Server 2012 R2), SMB 3.1.1 (Windows 10 dan Windows Server 2016) dengan dukungan keamanan berbasis enkripsi AES-128 GCM dan SMB 3.1.1.1 (Windows 10 versi 1903 dan Windows Server 2019).

2. SMB adalah protokol yang memungkinkan terjadinya sharing data dan perangkat keras antarmesin yang berbeda platform seperti Linux, Windows, dan OS/2. Karakteristik penting dalam SMB adalah opportunistic locking sebagai metode peningkatan kinerja server dengan mengontrol caching file dalam klien. Terdapat empat jenis metode dalam opportunistic locking yang dapat digunakan dalam SMB. Untuk menentukan jenis metode tersebut, Anda harus memahami fungsi dan karakteristik setiap model. locking tersebut. Lakukan identifikasi dan analisis tentang karakteristik keempat locking tersebut dengan menjodohkan kedua kolom berikut. Jodohkan kedua kolom berikut dengan cara menarik garis dari kolom kiri ke kolom sebelah kanan.
3. Masih mengenai protokol SMB. Pada awalnya, SMB diciptakan oleh Feigenbaum tahun 1983 untuk berbagi file dan printer dalam jaringan berbasis OS/2. Dalam perkembangannya, SMB mengalami beberapa evolusi hingga pada versi terbaru, yaitu versi 3.1.1. Baca dengan saksama dan tentukan kebenaran pernyataan dalam tabel berikut. Kerjakan dengan cara memberi tanda centang (✔) pada kolom Benar atau Salah terkait karakteristik generasi SMB berikut.
4. Samba Server adalah aplikasi yang memungkinkan pengguna Linux dapat berbagi data dan perangkat keras pada pengguna Windows atau Linux. Untuk menginstal dan melakukan konfigurasi Samba Server pada Linux Debian 11.3, harus memperhatikan tahapan konfigurasi baris perintah yang diberikan pada server. Urutkan daftar baris perintah yang benar untuk mengonfigurasi Samba Server pada kolom berikut dengan cara menarik garis dari kolom sebelah kiri ke kolom sebelah kanan.
5. Active Directory adalah directory services pada OS Windows Server yang berguna menyimpan dan mengelola semua informasi seperti account, domain controller, OU, tree, dan forest sehingga memudahkan manajemen sistem jaringan secara terpusat. Struktur Active Directory dalam Windows terbagi menjadi dua komponen, yaitu logika (logical) dan fisik. Lakukan klasifikasi jenis-jenis elemen yang tergolong struktur logika atau fisik dengan menarik garis pada kedua kolom berikut.

Refleksi

Pembelajaran bab ini merupakan pembelajaran untuk mengenal lebih dalam file server. Selain itu, melalui aktivitas, praktik, dan proyek mini, Anda dapat memperoleh informasi untuk membangun file server di sebuah jaringan. Informasi-informasi tersebut meliputi spesifikasi hardware minimum untuk file server, cara instalasi dan konfigurasi file server, serta cara untuk menguji dari file server yang telah Anda bangun. Untuk merefleksikan pemahaman Anda terkait file server, lengkapilan mind map berikut.
Setelah mengisi mind map di atas, pindailah kode QR berikut untuk mengakses Soal-soal Remedial dan Pengayaan. Pilih dan kerjakan Soal-soal Pengayaan jika kamu tidak melihat kembali materi saat mengisi mind map. Sebaliknya, apabila kamu masih melihat kembali materi, pilih dan kerjakan Soal-soal Remedial yang tersedia. Dengan memahami keseluruhan materi bab ini, Anda sudah mampu:
1. Memproyeksikan cara kerja file server dalam jaringan komputer.
2. Menjelaskan penggunaan RAID dan NAS di jaringan komputer.
3. Merancang file server menggunakan Network File System (NFS).
4. Merancang file server menggunakan Samba Server.
5. Merancang file server menggunakan Active Directory.

0 komentar: